Kamis, 26 Agustus 2021

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

KONEKSI ANTAR MATERI
KESIMPULAN DAN REFLEKSI 
PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA

Fasilitator   Drs. Ahmad Sutardi, M.M.Pd [FAS10]
Pengajar Praktik : Irwan Kurniawan, M.Pd [PP27]
Calon Guru Penggerak : Fika Muji Fadhillah, M.Pd


Kesimpulan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
    “Pendidikan dan Pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”. 

    Pendidikan merupakan sebagai tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Ki Hadjar Dewantara memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama. 

    Jika diibaratkan peran Guru atau pendidik seperti seorang petani. Siswa ibarat benihnya. Sekolah sebagai lahannya. Petani hanya dapat menuntun tumbuhnya benih yang di tanam. Petani tidak dapat memaksa agar benhi tersebut tumbuh menjadi tumbuhan lainnya. Begitupun dengan Guru / pendidik. Pendidik hanya bisa menuntun dan merawat tumbuh kembangnya anak sesuai dengan kodratnya.

    Pendidikan bertujuan untuk menuntun bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

    Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman kodrat alam, kita sebagai pendidik harus memberikan teladan yang baik dengan harapan siswa dapat meneladaninya demi membentuk karakter siswa. Sedangkan kodrat zaman yaitu, pada pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 apalagi ditengah situasi pandemi ini anak dituntut untuk bisa menguasai IT sebagai salah satu sarana untuk mensukseskan pendidikan di Indonesia.

    Kita sebagai pendidik atau guru, harus melaksanakan semboyan pendidikan seperti yang diungkapkan Ki Hadjar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karso (di tengah membangun semangat dan nilai - nilai), Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan dan menuntun perjalanan Pendidikan anak didiknya). Dalam pelaksanaanya, pendidik harus berkolaborasi dengan berbagai pihak baik pihak sekolah, keluarga maupun masyarakat (Tri Pusat Pendidikan).

    Dasar pendidikan selanjutnya ialah penanaman Budi Pekerti atau pengembangan karakter. Menurut KHD, budi pekerti adalah perpaduan harmonis antara pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat. Budi pekerti merupakan kunci untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan hidup. 


Sintesis Berbagai Materi

  1. Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1?
  2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini? 
  3. Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD?  

Percaya tentang Murid dan Pembelajaran di Kelas Sebelum Mempelajari Modul 1.1
  1. Guru sebagai pusat pembelajaran
  2. Semua siswa dituntut untuk dapat menguasai dalam segala hal
  3. Ssiswa dapat  diatur dan diarahkan dengan kewenangan guru
  4. Pembelajaran harus mengejar target kurikulum.

Perubahan pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini

  1. Tugas guru adalah menuntun. menuntun bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator.
  2. Pembelajaran berpusat pada anak.
  3. Setiap anak adalah unik dan istimewa. Setiap anak mempunyai karakteristik dan potensinya masing – masing. Guru tidak boleh memaksa  anak untuk menguasai segala hal yang tidak sesuai dengan bakat, minat dan potensinya.

 Penerapan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD

  1. Pembelajaran yang menyenangkan. Dapat dilakukan  bermain sambal belajar.
  2. Pembelajaran berhamba pada anak. Pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa berperan penting dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
  3. Kebebasan untuk berpikir dan berkreasi. Siswa diberikan kebebasan untuk mengexplore pembelajaran namun tetap terarah sehingga keterampilan abad 21 dapat dimiliki oleh siswa
  4. Berkolaborasi dan berkreasi dengan warga sekolah dan stakeholder.