PembaTIK Tahun 2021

PembaTIK kepanjangan dari Pembelajaran berbasis TIK merupakan program Peningkatan Kompetensi guru yang mengacu pada kerangka kerja peningkatan kompetensi TIK Guru UNESCO.

Materi Pembelajaran Matematika Kelas VIII

Ini adalah materi matematika yang akan dipelajari selama semester ganjil kelas VIII.

Guru Belajar dan Berbagi Seri Asesmen Kompetensi Minimum

Program pembelajaran yang dirancang untuk membantu para Guru/Kepala Sekolah/Pengawas SD, SMP, SMA/SMK, Guru/Kepala Sekolah SDLB, SMPLB, SMALB, dan PKBM sederajat dalam memahami tujuan, konsep dan bentuk pelaksanaan Asesmen Nasional, serta dapat menganalisis contoh asesmen literasi membaca dan numerasi pada Asesmen Kompetensi Minimum.

Guru Penggerak

Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang menerapkan merdeka belajar dan menggerakkan seluruh ekosistem pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang berpusat pada murid. Guru Penggerak menggerakkan komunitas belajar bagi guru di sekolah dan di wilayahnya serta mengembangkan program kepemimpinan murid untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Selasa, 21 Desember 2021

Koneksi antar Materi Modul 2.3 Coaching

 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3 COACHING

Fasilitator   Drs. Ahmad Sutardi, M.M.Pd [FAS10]
Pengajar Praktik : Irwan Kurniawan, M.Pd [PP27]
Calon Guru Penggerak : Fika Muji Fadhillah, M.Pd

Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara.  Komunikasi yang memberdayakan, coach menginspirasi coachee untuk memberikan jawaban - jawaban sendiri atas permasalahan yang dihadapi. Optimalsasi jawaban coachee agar dapat diterapkan dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang.

Kompetensi Dasar Bagi Seorang Coach

  • Keterampilan membangun dasar proses cooaching
  • Keterampilan membangun hubungan baik
  • Keterampilan berkomunikasi
  • Keterampilan memfasilitasi pembelajaran.

Perbedaan Konselor, Mentor, dan Coach

Konselor : Membantu  menyelesaikan masalah klien
Mentor : Memebrikan tips berdasarkan pengalaman kepada mentee
Coach : Mendorong coachee menyelesaikan masalahnya sendiri

Unsur yang Mendasari Prinsip Komunikasi yang Utama untuk Memberdayakan

  1. Hubungan saling memeprcayai
  2. Menggunakan data yang benar
  3. Bertujuan menuntun para pihak untuk optimalisasi potensi
  4. Rencana tindak lanjut atau rencana aksi

Aspek Komunikasi yang Mendukung Praktek Coaching

  1. Pendengar yang aktif
  2. Komunikasi asertif
  3. Bertanya efektif
  4. Umpak balik positif

Tips untuk Coach

  1. Menyamakan kata kunci
  2. Menyamakan bahasa tubuh
  3. Menyelearaskan emosi

Jenis Pertanyaan yang Efektif untuk Coaching

  1. Pertanyaan terbuka
  2. Pertanyaan berfokus pada tujuan
  3. Pertanyaan reflektif
  4. Pertanyaan eksplorasi
  5. Pertanyaan yang mengukur pemahaman
  6. Pertanyaan aksi

Langkah Praktik Coaching Model TIRTA

  1. Tujuan Umum
  2. Identifikasi
  3. Rencana Aksi
  4. Tanggung Jawab

Koneksi antar Materi Modul 2.3

Filosofi Ki Hadjar Dewantara 
    Pendidikan bertujuan untuk menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak demi mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi - tingginya.

Nilai dan Peran Guru Pengegrak
    Coaching sangat berkaitan erat dengan nilai dan peran guru penggerak, dimana nilai - nilai peran guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, inovatif, kolaboratif, dan berpihak pada murid. Sedangkan peran guru penggerak meliputi:
  • Menjadi Pemimpin Pembelajaran
  • Menggerakkan komunitas praktisi
  • Menjadi coach bagi guru lain
  • Mendorong kolaborasi antar guru
  • Mewujudkan kepemimpinan murid
Visi Guru Penggerak 
    Guru penggerak harus mampu berkolaborasi dan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki oleh ekosistem sekolah serta mempu untu menggali potensi yang dimiliki oleh ekosistem sekolah melalui praktek coaching.

Budaya Positif 
    Guru penggerak harus mampu menciptakan ekosistem sekolah dan menerapkan budaya poitif untuk memenuhi kebutuhan belajar.

Pembelajaran Berdiferensiasi
    Pembelajaran berdiferensiasi merupakan metode pembelajaran yang berpihak kepada murid, pembelajaran berdiferensiasi dilaksanakan setelah guru melakukan diagnosis kesulitan belajar murid.

Pembelajaran Sosial dan Emosional 
    Guru penggerak dapat menerapkan pembelajaran sosial dan emosional yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran dengan dituangkan di dalam RPP. Jika ada permasalahan  pada murid, maka guru dapat melakukan motode coaching untuk mengetahui harapan murid dan membimbing murid dalam menemukan solusi atas permasalahannya. Metode coaching adalah salah satu alternatif model bimbingan murid untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh murid untuk menyelesiakan masalah dan memaksimalkan potensi guru dalam melaksanakan perannya sebagai among.

Refleksi

Setelah mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa coaching harus dilaksanakan di kelas atau di sekolah dengan melibatkan Guru Bimbingan Konseling, Wali Kelas, Kepala Sekolah dan Orang Tua Murid. Saya merasa coaching sangat penting diterapkan untuk melatih murid dalam mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari - hari. 
Teknik coaching yang perlu saya kembangkan adalah teknik identifikasi permasalaan. Pada teknik ini harus dibangun melalui komunikasi asertif yang memberdayakan potensi coachee.
Kendala yang dihadapi adalah rendahnya keterampilan sosial dan emosional yang dimiliki oleh coachee sehingga coachee tidak dapat melakukan pengenalan diri dengan kesadaran penuh
Upaya yang akan dilakukan adalah melakukan dan mempraktekan metode coaching di kelas dan di sekolah dengan berkolaborasi bersama semua pihak baik guru, wali kelas, kepala sekolah dan orang tua murid, sehingga metode coaching dapat dilakukan dengan maksimal.

Rabu, 20 Oktober 2021

Koneksi Antar Materi - Budaya Positif

 

KONEKSI ANTAR MATERI
BUDAYA POSITIF

Fasilitator   Drs. Ahmad Sutardi, M.M.Pd [FAS10]
Pengajar Praktik : Irwan Kurniawan, M.Pd [PP27]
Calon Guru Penggerak : Fika Muji Fadhillah, M.Pd

Minggu, 17 Oktober 2021

Demonstrasi Konstektual - Budaya Positif

 Demonstrasi Kontekstual 
Penerapan Segitiga Restitusi

Fasilitator   Drs. Ahmad Sutardi, M.M.Pd [FAS10]
Pengajar Praktik : Irwan Kurniawan, M.Pd [PP27]
Calon Guru Penggerak : Fika Muji Fadhillah, M.Pd


Kamis, 14 Oktober 2021

Refleksi Terbimbing - Budaya Positif

REFLEKSI TERBIMBING
BUDAYA POSITIF

Fasilitator   Drs. Ahmad Sutardi, M.M.Pd [FAS10]
Pengajar Praktik : Irwan Kurniawan, M.Pd [PP27]
Calon Guru Penggerak : Fika Muji Fadhillah, M.Pd

Minggu, 03 Oktober 2021

Eksplorasi Konsep - Budaya Positif

Perubahan Paradigma


Konsep Disiplin Positif dan Motivasi

Keyakinan Kelas
Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Lima Posisi Kontrol
Segitiga Restitusi

Kamis, 30 September 2021

Koneksi Antar Materi - Visi Guru Penggerak

KONEKSI ANTAR MATERI
VISI GURU PENGGERAK

Fasilitator   Drs. Ahmad Sutardi, M.M.Pd [FAS10]
Pengajar Praktik : Irwan Kurniawan, M.Pd [PP27]
Calon Guru Penggerak : Fika Muji Fadhillah, M.Pd

Rabu, 29 September 2021

Demonstrasi Kontekstual - Penerapan Inkuiri Apresiatif

Demonstrasi Kontekstual 
Menerapkan Inkuiri Apresiatif

Fasilitator   Drs. Ahmad Sutardi, M.M.Pd [FAS10]
Pengajar Praktik : Irwan Kurniawan, M.Pd [PP27]
Calon Guru Penggerak : Fika Muji Fadhillah, M.Pd

Minggu, 19 September 2021

Eksplorasi Konsep - Berbagi Tugas Kesimpulan tentang Inkuiri Apresiatif

 KESIMPULAN TENTANG INKUIRI APRESIATIF

Jumat, 17 September 2021

Eksplorasi Konsep - Visi Guru Penggerak

 Visi: Mengelola Perubahan yang Positif

Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah. Budaya sekolah berarti merujuk pada kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah. Kebiasaan ini dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah. Walaupun sulit, reformasi budaya sekolah bukanlah hal yang tidak mungkin. Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia melawan arus naif tentang inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang bersifat manusiawi. Hal ini berarti butuh partisipasi dari semua warga sekolah. 

Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat bertahap. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, Bapak/Ibu CGP hendaknya terus berlatih mengelola diri sendiri sambil terus berupaya menggerakkan orang lain yang berada di dalam pengaruh Anda untuk menjalani proses perubahan ini bersama-sama. Hal ini perlu dilakukan dengan niatan belajar yang tulus demi mewujudkan visi sekolah.

Untuk dapat mewujudkan visi sekolah dan melakukan proses perubahan, maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma. Pendekatan ini dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan. Jika diibaratkan seperti seorang pelari yang memiliki tujuan mencapai garis “finish”, maka ia butuh peralatan yang mendukung selama berlatih seperti alat olahraga. Dalam pembelajaran kali ini, kita akan mengeksplorasi paradigma yang disebut Inkuiri Apresiatif (IA). IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble & McGrath, 2016). Kita akan memakai pendekatan IA sebagai ‘alat olahraga’ untuk kita berlari mencapai garis “finish” kita yaitu visi yang kita impikan.

Dalam sebuah video di Youtube, Cooperrider, yang adalah tokoh yang mengembangkan IA, menyatakan bahwa pendekatan IA dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas, serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang biasa. Manajemen perubahan yang biasa dilakukan lebih menitikberatkan pada masalah apa yang terjadi dan apa yang salah dari proses tersebut untuk diperbaiki. Hal ini berbeda dengan IA yang berusaha fokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi.

IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.

Menurut Cooperrider, saat ini kita hidup pada zaman yang membutuhkan mata yang dapat melihat dan mengungkap hal yang benar dan baik. Mata yang mampu membukakan kemungkinan perbaikan dan memberikan penghargaan. Bila organisasi lebih banyak membangun sisi positif yang dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang secara berkelanjutan.


Dalam video di Youtube tersebut, Cooperider juga menceritakan bahwa pendapatnya ini sejalan dengan pendapat Peter Drucker, seorang Begawan dalam dunia kepemimpinan dan manajemen. Menurut Drucker, kepemimpinan dan manajemen adalah keabadian. Oleh sebab itu, seorang pemimpin bertugas menyelaraskan kekuatan yang dimiliki organisasi. Caranya adalah dengan mengupayakan agar kelemahan suatu sistem dalam organisasi menjadi tidak relevan, karena semua aspek dalam organisasi fokus pada penyelarasan kekuatan.

Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Nantinya, kelemahan, kekurangan, dan ketiadaan menjadi tidak relevan. Berpijak dari hal positif yang telah ada, sekolah kemudian menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah dan visi setiap warga sekolah. 

Perubahan yang positif di sekolah tidak akan terjadi jika pertanyaan yang diajukan mengenai kondisi sekolah saat ini diawali dengan permasalahan yang terjadi atau mencari aktor sekolah yang melakukan kesalahan. Pertanyaan yang sering diajukan adalah, “Mengapa capaian hasil belajar siswa rendah?”, “Apa yang membuat rencana kegiatan sekolah tidak berjalan lancar?”, dan lain sebagainya. Motivasi untuk melakukan perubahan tentu akan berangsur menurun jika diskusi diarahkan pada permasalahan. Suasana psikologis yang terbangun tentu akan berbeda jika pertanyaan diawali dengan pertanyaan positif seperti ini :

  • Hal-hal baik apa yang pernah dicapai murid di kelas?
  • Apa hal menarik yang dapat dipetik pelajarannya dari setiap guru di kelas?
  • Bagaimana mengembangkan praktik baik setiap guru untuk dipertahankan sebagai budaya sekolah?
  • Dalam modul 1.3 ini, kita mempelajari IA lebih dalam sebagai salah satu model manajemen perubahan di sekolah dan mencoba menerapkannya melalui tahapan dalam IA yang di dalam bahasa Indonesia disebut dengan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi). Silakan simak dan pelajari videonya terlebih dahulu melalui tautan berikut ini.



    Inilah langkah-langkah yang perlu Anda ikuti dalam menerapkan perubahan sesuai dengan visi yang Anda telah impikan berdasarkan tahapan BAGJA. Tahap pertama, Buat Pertanyaan Utama. Di tahap ini, Anda merumuskan pertanyaan sebagai penentu arah penelusuran terkait perubahan apa yang diinginkan atau diimpikan. Tahap kedua, Ambil Pelajaran. Pada tahapan ini, Anda mengumpulkan berbagai pengalaman positif yang telah dicapai di sekolah dan pelajaran apa yang dapat diambil dari hal-hal positif tersebut. Tahap ketiga, Gali Mimpi. Pada tahapan ini, Anda dapat menyusun narasi tentang kondisi ideal apa yang diimpikan dan diharapkan terjadi di sekolah. Disinilah visi benar-benar dirumuskan dengan jelas. Tahap ketiga, Jabarkan Rencana. Di tahapan ini, Anda dapat merumuskan rencana tindakan tentang hal-hal penting apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan visi. Tahapan terakhir, Atur Eksekusi. Di bagian ini, Anda memutuskan langkah-langkah yang akan diambil, siapa yang akan terlibat, bagaimana strateginya, dan aksi lainnya demi mewujudkan visi perlahan-lahan.


    Mulai dari Diri - Visi Guru Penggerak

    Mulai dari Diri - Visi Guru Penggerak


    Kamis, 16 September 2021

    Koneksi antar Materi NIlai dan Peran Guru Penggerak

     

    KONEKSI ANTAR MATERI
    NILAI - NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

    Fasilitator   Drs. Ahmad Sutardi, M.M.Pd [FAS10]
    Pengajar Praktik : Irwan Kurniawan, M.Pd [PP27]
    Calon Guru Penggerak : Fika Muji Fadhillah, M.Pd


    Apa yang Anda pahami mengenai nilai dan peran Guru Penggerak?

    Nilai dan peran guru penggerak harus menjadi niai diri yang melekat pada diri pribadi yang merdeka untuk dapat mewujudkan profil pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila ini sebagai pedoman tema besar kebijakan Pendidikan di Indonesia saat ini.

    Terdapat lima nilai – nilai guru penggerak yaitu: Mandiri, Refleksi, Kolaboratif, Inovatif dan Berpihak pada Murid

    Sedangkan peran guru penggerak yaitu: 

    1. Pemimpin pembelajaran
    2. Menggerakan komunitas praktisi
    3. Menjadi coach bagi guru lain
    4. Mendorong kolaborasi antar guru
    5. Mewujudkan kepemimpinan pada murid

    Apakah ada keterkaitan antara nilai dan peran Guru Penggerak dengan Filosofi Ki Hadjar Dewantara?


    Nilai dan peran guru penggerak berkaitan erat dengan filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan keduanya saling menguatkan dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila dan merdeka belajar. Nilai diri ini harus tumbuh beriringan dengan pemahaman guru penggerak tentang filosofis pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam mengaktualisasikan peranannya di dalam kehidupan sehari – hari.

    Seorang guru harus bisa menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak – anak agar mereka sebagai manusia maupun sebagai masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya.

    Filosofi tersebut berkaitan dengan nilai guru penggerak yaitu berpihak pada murid, dimana guru  menuntun segala kodrat pada anak dengan cara berpihk pada murid dan sekaligus kita dapat menjalankan peran sebagai guru penggerak dengan mewujudkan kepemimpinan murid.


    Apa strategi yang bisa Anda lakukan untuk mencapai nilai tersebut? 

    Strategi yang bisa Anda lakukan untuk mencapai nilai tersebut  adalah:

    1. Kemampuan mengolah diri, baik dari segi emosional, semangat dan dorongan untuk melakukan pergerakan positif. Seorang guru tergerak menjaga perubahan dan menggali potensi lainnya yang disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman.
    2. Mengembangkan ilmu  untuk menambah ilmu yang lebih luas lagi.
    3. Melakukan refleksi diri mengenai upaya perubahan yang telah di lakukan. Hal ini sebagai langakah keberlangsungan perubahan dan refleksi diri tentang kekuatan dan kelemahan dalam merencanakan kegiatan di masa yang akan dating.
    4. Melakukan komunikasi dan Kerjasama. Berkolaboratif dengan rekan guru untuk bekerjasama, bertukar pikiran, gotong royong dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran maupun yang berkaitan dengan peningkatan mutu Pendidikan di sekolah dalam melakukan perubahan untuk mewujudkan merdeka belajar.
    5. Kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran sesuai dengan kodrat zaman. Untuk lebih inovatif dengan cara mencoba hal – hal yang baru, bergerak aktif, dan berani berkarya.
    6. Menanamkan jiwa mandiri.
    7. Berpihak pada murid, bersikap lebih among terhadap murid

    Siapa saja pihak yang dapat membantu Anda dalam mencapai gambaran diri Anda di demonstrasi kontekstual tersebut? 

    1. Kepala sekolah sebagai fasilitator
    2. Rekan guru sebagai motivator.
    3. Murid sebagai mitra, kita bisa berefleksi dengan mereka Pihak utama yang mendukung tercapainya gambaran diri untuk melakukan perubahan. Partisipasi murid akan memacu guru untuk menggali potensi dirinya untuk terus bergerak.
    4. Diri sendirii sebagai pelaksana.




    Rabu, 15 September 2021

    Demonstrasi Konstektual - Nilai dan Peran Guru Penggerak

    Demonstrasi Konstektual - Nilai dan Peran Guru Penggerak


    Fasilitator   Drs. Ahmad Sutardi, M.M.Pd [FAS10]
    Pengajar Praktik : Irwan Kurniawan, M.Pd [PP27]
    Calon Guru Penggerak : Fika Muji Fadhillah, M.Pd

    Minggu, 12 September 2021

    Refleksi Terbimbing - Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak

    REFLEKSI TERBIMBING
    NILAI - NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK


    Kamis, 02 September 2021

    Eksplorasi Konsep - Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak

    Pembentukan Nilai Diri



    Profil Pelajar Pancasila

    Pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara dinilai masih relevan untuk diterapkan pada dunia pendidikan saat ini. Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Ki Hadjar Dewantara juga mengemukakan bahwa dalam proses menuntun, anak perlu diberikan kebebasan dalam belajar serta berpikir, dituntun oleh para pendidik agar anak tidak kehilangan arah serta membahayakan dirinya. Semangat agar anak bisa bebas belajar, berpikir, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan berdasarkan kesusilaan manusia ini yang akhirnya menjadi tema besar kebijakan pendidikan Indonesia saat ini, Merdeka Belajar.

    Semangat Merdeka Belajar yang sedang dicanangkan ini juga memperkuat tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, dimana Pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang “beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kedua semangat ini yang kemudian memunculkan sebuah pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten, dalam pendidikan di Indonesia. Pedoman tersebut adalah Profil Pelajar Pancasila (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020).

    Peran Guru Penggerak

    Nilai Guru Penggerak

      Nilai itu sendiri, menurut Rokeach (dalam Hari, Abdul H. 2015), merupakan keyakinan sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan standar pengambilan keputusan terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik. Kehadiran nilai dalam diri seseorang dapat berfungsi sebagai standar bagi seseorang dalam mengambil posisi khusus dalam suatu masalah, sebagai bahan evaluasi dalam membuat keputusan, bahkan hingga berfungsi sebagai motivasi dalam mengarahkan tingkah laku individu dalam kehidupan sehari-hari. Melihat peranan nilai sangat penting dalam kehidupan tingkah laku sehari-hari, maka rasanya penting bagi seorang Guru Penggerak untuk bisa memahami dan menjiwai nilai-nilai dari seorang Guru Penggerak.

    Kelima nilai dari Guru Penggerak adalah: Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Murid.

    Nilai ini sendiri berkaitan erat dengan peran yang sudah kita pelajari di bagian sebelumnya. Nilai ini yang diharapkan terus tumbuh dan dilestarikan dalam diri seorang Guru Penggerak. Kelima ini saling mendukung satu dengan lainnya, dan tentunya diharapkan menjadi pedoman berperilaku untuk seorang Guru Penggerak.

    Senin, 30 Agustus 2021

    Juknis ANBK 2021

     JUKNIS ASESMEN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER



    POS ANBK 2021

    Kamis, 26 Agustus 2021

    Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

    KONEKSI ANTAR MATERI
    KESIMPULAN DAN REFLEKSI 
    PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA

    Fasilitator   Drs. Ahmad Sutardi, M.M.Pd [FAS10]
    Pengajar Praktik : Irwan Kurniawan, M.Pd [PP27]
    Calon Guru Penggerak : Fika Muji Fadhillah, M.Pd


    Kesimpulan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
        “Pendidikan dan Pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”. 

        Pendidikan merupakan sebagai tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Ki Hadjar Dewantara memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama. 

        Jika diibaratkan peran Guru atau pendidik seperti seorang petani. Siswa ibarat benihnya. Sekolah sebagai lahannya. Petani hanya dapat menuntun tumbuhnya benih yang di tanam. Petani tidak dapat memaksa agar benhi tersebut tumbuh menjadi tumbuhan lainnya. Begitupun dengan Guru / pendidik. Pendidik hanya bisa menuntun dan merawat tumbuh kembangnya anak sesuai dengan kodratnya.

        Pendidikan bertujuan untuk menuntun bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

        Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman kodrat alam, kita sebagai pendidik harus memberikan teladan yang baik dengan harapan siswa dapat meneladaninya demi membentuk karakter siswa. Sedangkan kodrat zaman yaitu, pada pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 apalagi ditengah situasi pandemi ini anak dituntut untuk bisa menguasai IT sebagai salah satu sarana untuk mensukseskan pendidikan di Indonesia.

        Kita sebagai pendidik atau guru, harus melaksanakan semboyan pendidikan seperti yang diungkapkan Ki Hadjar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karso (di tengah membangun semangat dan nilai - nilai), Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan dan menuntun perjalanan Pendidikan anak didiknya). Dalam pelaksanaanya, pendidik harus berkolaborasi dengan berbagai pihak baik pihak sekolah, keluarga maupun masyarakat (Tri Pusat Pendidikan).

        Dasar pendidikan selanjutnya ialah penanaman Budi Pekerti atau pengembangan karakter. Menurut KHD, budi pekerti adalah perpaduan harmonis antara pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat. Budi pekerti merupakan kunci untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan hidup. 


    Sintesis Berbagai Materi

    1. Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1?
    2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini? 
    3. Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD?  

    Percaya tentang Murid dan Pembelajaran di Kelas Sebelum Mempelajari Modul 1.1
    1. Guru sebagai pusat pembelajaran
    2. Semua siswa dituntut untuk dapat menguasai dalam segala hal
    3. Ssiswa dapat  diatur dan diarahkan dengan kewenangan guru
    4. Pembelajaran harus mengejar target kurikulum.

    Perubahan pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini

    1. Tugas guru adalah menuntun. menuntun bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator.
    2. Pembelajaran berpusat pada anak.
    3. Setiap anak adalah unik dan istimewa. Setiap anak mempunyai karakteristik dan potensinya masing – masing. Guru tidak boleh memaksa  anak untuk menguasai segala hal yang tidak sesuai dengan bakat, minat dan potensinya.

     Penerapan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD

    1. Pembelajaran yang menyenangkan. Dapat dilakukan  bermain sambal belajar.
    2. Pembelajaran berhamba pada anak. Pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa berperan penting dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
    3. Kebebasan untuk berpikir dan berkreasi. Siswa diberikan kebebasan untuk mengexplore pembelajaran namun tetap terarah sehingga keterampilan abad 21 dapat dimiliki oleh siswa
    4. Berkolaborasi dan berkreasi dengan warga sekolah dan stakeholder.


    Demonstrasi Kontekstual - Pemikiran Filosofis Ki Hadjar Dewantara dalam Karya

    Demonstrasi Kontekstual - Pemikiran Filosofis Ki Hadjar Dewantara dalam Karya



    Rabu, 25 Agustus 2021

    Refleksi Terbimbing - Presentasi Kerangka Filosofis ‘Merdeka Belajar’

    REFLEKSI TERBIMBING - KERANGKA FILOSOFI MERDEKA BELAJAR


    Selasa, 17 Agustus 2021

    Eksplorasi Konsep - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

     

    Asas Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

    Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009),  pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”.

    Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.


    Dasar -  Dasar Pendidikan

    Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat  menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan  tumbuhnya kekuatan kodrat anak”

    Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani.  Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.

    Dalam proses ‘menuntun’ anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

    KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, “waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu”. KHD menggunakan ‘barang-barang’ sebagai simbol dari tersedianya hal-hal yang dapat kita tiru, namun selalu menjadi pertimbangan bahwa Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.


    Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

    KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”

    KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut

    Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21)

    KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia sesungguhnya. KHD mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.


    Budi Pekerti

    Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Sedih merupakan perpaduan harmonis antara cipta dan karsa demikian pula Bahagia.

    Lebih lanjut KHD menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga menjadi ruang untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan pusat pendidikan lainnya.

    Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Keluarga juga dapat menjadi tempat untuk berinteraksi sosial antara kakak dan adik sehingga kemandirian dapat tercipta karena anak-anak saling belajar antar satu dengan yang lain dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, Peran orang tua sebagai guru, penuntun dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak.

    Kerangka Pemikiran Ki Hadjar Dewantara


    Refleksi Filosofis Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

    Jumat, 13 Agustus 2021

    Guru Penggerak

    Apa itu Guru Penggerak?

        Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang menerapkan merdeka belajar dan menggerakkan seluruh ekosistem pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang berpusat pada murid. Guru Penggerak menggerakkan komunitas belajar bagi guru di sekolah dan di wilayahnya serta mengembangkan program kepemimpinan murid untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Untuk menjadi Guru Penggerak, Guru harus mengikuti proses seleksi dan pendidikan Guru Penggerak selama 9 bulan. Selama proses pendidikan, calon Guru Penggerak akan didukung oleh Instruktur, Fasilitator, dan Pendamping yang profesional.


    Program Guru Penggerak Menciptakan Pemimpin Pembelajaran Yang Berpusat pada Murid

    Guru Penggerak harus lulus seleksi dan mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak. Program ini akan menciptakan guru penggerak yang dapat:

    Mengembangkan diri dan guru lain dengan refleksi, berbagi dan kolaborasi secara mandiri

    Memiliki kematangan moral, emosi dan spiritual untuk berperilaku sesuai kode etik

    Merencanakan, menjalankan, merefleksikan dan mengevaluasi pembelajaran yang berpusat pada murid dengan melibatkan orang tua

    Berkolaborasi dengan orang tua dan komunitas untuk mengembangkan sekolah dan menumbuhkan kepemimpinan murid

    Mengembangkan dan memimpin upaya mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar sekolah

    Peran Guru Penggerak

    Guru Penggerak diharapkan menjadi katalis perubahan pendidikan di daerahnya dengan cara:

    1. Menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya
    2. Menjadi Pengajar Praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah
    3. Mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah
    4. Membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antar guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
    5. Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah.

    Materi Pendidikan Guru Penggerak

    Mulai dari Diri - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

    Mulai dari Diri 
    Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara


     1. Tulisan Reflektif Kritis 

    Apa yang ada Anda ketahui tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) mengenai pendidikan dan pengajaran?

    Ki Hadjar membedakan antara pendidikan dan pengajaran. Pendidikan adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Itulah dasar yang harus diperhatikan dalam Pendidikan dan itu diluar kecakapan dan kehendak kaum pendidik. Sedangkan pengajaran adalah Pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin.

    Pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya.

    Ki Hadjar Dewantara memperkenalkan sistem persekolahan yang bertumpu pada 3 gagasan utama, yaitu: 

    a. Taman siswa. Taman identik dengan tempa bermain yang menghadirkan kegembiraan dan keindahan untuk pengunjung. Taman siswa adalah sistem persekolahan yang menjadi tempat bermain untuk siswa, dimana siswa diberikan kemerdekaan untuk tumbuh dan berkembang, belajar sesuai keinginan dan kemampuan siswa yang dilengkapi dengan dukungan dalam proses belajar siswa oleh pengajar sesuai kebutuhan masing - masing siswa secara individu.

    b. pamong dianalogikan sebagai petani yang menanam padi. dimana petani tidak dapat menentukan ke arah mana padi akan berkembang.

    c. among  adalah menitikberatkan siswa sebagai target utama serta prioritas utama yang harus dilayani dan pengajar yang berfungsi sebagai fasilitator menyediakan tuntunan, kepedulian dan kasih sayang. Selain itu prinsip among di dasarkan pada dua hal, pertama kemerdekaan siswa untuk belajar, kedua belajar yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan siswa secata alamiah terbentuk.

    Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yang unik, berdasarkan budaya Indonesia, berkontribusi signifikan terhadap pendidikan yang kita nikmati saat ini, juga menjadi dasar lahirnya kebijakan Merdeka Belajar.

    Apa relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan konteks pendidikan di sekolah Anda secara khusus? 

    Relevansi pemikiran Ki Hadjar Dewantara dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini adalah pendidikan harus memerdekakan dan pengajaran harus ke arah kecerdasan budi pekerti.  Sesuai dengan pendapat Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai paksaan. Pendidikan harus mengedepankan proses untuk siswa mampu berkreasi dan mengatur dirinya sediri dalam belajar. Saat ini perlu merapkan pendidikan dan pengajaran yang mengacu pada  keterampilan abad 21 dan penerapan konsep merdeka belajar. 

    Apakah Anda merasa sudah melaksanakan pemikiran KHD dan memiliki kemerdekaan dalam menjalankan aktivitas sebagai guru?

    Selama ini saya berusaha untuk menerapkan konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara  dan memiliki kemerdekaan dalam menjalankan aktivitas sebagai guru, diantaranya dengan cara saya merancang kegiatan belajar mengajar di masa pandemi Covid 19 ini dengan menerapkan model pembelajaran blended learning dengan menggunakan media interaktif, pembelajaran yang tidak hanya memeberikan materi dan membuat siswa bosan, pemeblajaran yang saya terapkan dengan berpusat pada siswa sehingga pembelajaran tersebut membuat siswa dan guru kreatif untuk mencapai pengetahuan.

    2. Harapan dan Ekspektasi 

    Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini?

    Harapan saya sebagai seorang pendidik adalah :

    • Mengubah pola pikir saya dari mengajar ke menuntun. 
    • Harus selalu melakukan perubahan diri kepada yang lebih baik
    • Mengubah pola pikir saya dari mengajar ke menuntun. 
    • Dapat menempatkan diri sebagai pembimbing, penasehat, pendidik, pengajar, pemberi motivasi, penuntun dalam pembelajaran 
    • Berusaha memahami karakteristik setiap peserta didik agar saya bisa lebih mudah menuntun mereka sesuai kodrat alam yang dimiliki.
    • Dapat merancang pembelajaran yang  membuat siswa lebih kreatif, berpusat pada siswa dan berkolaboratif dalam menyelesaikan permasalahan.

    Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini

    • Siswa mempunyai karakteristik dengan budi pekerti yang lebih baik sehingga mencerminkan karakter siswa yang aktif dan kreatif
    • Meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran
    • Menggali potensi dan bakat yang dimiliki oleh siswa.

    Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?

    Kegiatan yang diharapkan adalah kegiatan berkolaborasi, saling bertukar pikiran dalam pemahaman materi, saling menghargai dalam mengemukakan pendapat.

    Materi yang di harapkan adalah materi yang mudah dipahami, menarik, materi yang berkaitan dengan pendidikan di masa Pandemi sehingga dapat diterapkan dalam proses pembelajaran saat ini.

    Manfaat yang saya harapkan adalah dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang materi yang ada pada modul ini serta saya dapat menerapkan materi yang telah saya pelajari pada modul ini pada siswa ketika proses pembelajaran.