Selasa, 21 Desember 2021

Koneksi antar Materi Modul 2.3 Coaching

 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3 COACHING

Fasilitator   Drs. Ahmad Sutardi, M.M.Pd [FAS10]
Pengajar Praktik : Irwan Kurniawan, M.Pd [PP27]
Calon Guru Penggerak : Fika Muji Fadhillah, M.Pd

Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara.  Komunikasi yang memberdayakan, coach menginspirasi coachee untuk memberikan jawaban - jawaban sendiri atas permasalahan yang dihadapi. Optimalsasi jawaban coachee agar dapat diterapkan dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang.

Kompetensi Dasar Bagi Seorang Coach

  • Keterampilan membangun dasar proses cooaching
  • Keterampilan membangun hubungan baik
  • Keterampilan berkomunikasi
  • Keterampilan memfasilitasi pembelajaran.

Perbedaan Konselor, Mentor, dan Coach

Konselor : Membantu  menyelesaikan masalah klien
Mentor : Memebrikan tips berdasarkan pengalaman kepada mentee
Coach : Mendorong coachee menyelesaikan masalahnya sendiri

Unsur yang Mendasari Prinsip Komunikasi yang Utama untuk Memberdayakan

  1. Hubungan saling memeprcayai
  2. Menggunakan data yang benar
  3. Bertujuan menuntun para pihak untuk optimalisasi potensi
  4. Rencana tindak lanjut atau rencana aksi

Aspek Komunikasi yang Mendukung Praktek Coaching

  1. Pendengar yang aktif
  2. Komunikasi asertif
  3. Bertanya efektif
  4. Umpak balik positif

Tips untuk Coach

  1. Menyamakan kata kunci
  2. Menyamakan bahasa tubuh
  3. Menyelearaskan emosi

Jenis Pertanyaan yang Efektif untuk Coaching

  1. Pertanyaan terbuka
  2. Pertanyaan berfokus pada tujuan
  3. Pertanyaan reflektif
  4. Pertanyaan eksplorasi
  5. Pertanyaan yang mengukur pemahaman
  6. Pertanyaan aksi

Langkah Praktik Coaching Model TIRTA

  1. Tujuan Umum
  2. Identifikasi
  3. Rencana Aksi
  4. Tanggung Jawab

Koneksi antar Materi Modul 2.3

Filosofi Ki Hadjar Dewantara 
    Pendidikan bertujuan untuk menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak demi mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi - tingginya.

Nilai dan Peran Guru Pengegrak
    Coaching sangat berkaitan erat dengan nilai dan peran guru penggerak, dimana nilai - nilai peran guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, inovatif, kolaboratif, dan berpihak pada murid. Sedangkan peran guru penggerak meliputi:
  • Menjadi Pemimpin Pembelajaran
  • Menggerakkan komunitas praktisi
  • Menjadi coach bagi guru lain
  • Mendorong kolaborasi antar guru
  • Mewujudkan kepemimpinan murid
Visi Guru Penggerak 
    Guru penggerak harus mampu berkolaborasi dan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki oleh ekosistem sekolah serta mempu untu menggali potensi yang dimiliki oleh ekosistem sekolah melalui praktek coaching.

Budaya Positif 
    Guru penggerak harus mampu menciptakan ekosistem sekolah dan menerapkan budaya poitif untuk memenuhi kebutuhan belajar.

Pembelajaran Berdiferensiasi
    Pembelajaran berdiferensiasi merupakan metode pembelajaran yang berpihak kepada murid, pembelajaran berdiferensiasi dilaksanakan setelah guru melakukan diagnosis kesulitan belajar murid.

Pembelajaran Sosial dan Emosional 
    Guru penggerak dapat menerapkan pembelajaran sosial dan emosional yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran dengan dituangkan di dalam RPP. Jika ada permasalahan  pada murid, maka guru dapat melakukan motode coaching untuk mengetahui harapan murid dan membimbing murid dalam menemukan solusi atas permasalahannya. Metode coaching adalah salah satu alternatif model bimbingan murid untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh murid untuk menyelesiakan masalah dan memaksimalkan potensi guru dalam melaksanakan perannya sebagai among.

Refleksi

Setelah mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa coaching harus dilaksanakan di kelas atau di sekolah dengan melibatkan Guru Bimbingan Konseling, Wali Kelas, Kepala Sekolah dan Orang Tua Murid. Saya merasa coaching sangat penting diterapkan untuk melatih murid dalam mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari - hari. 
Teknik coaching yang perlu saya kembangkan adalah teknik identifikasi permasalaan. Pada teknik ini harus dibangun melalui komunikasi asertif yang memberdayakan potensi coachee.
Kendala yang dihadapi adalah rendahnya keterampilan sosial dan emosional yang dimiliki oleh coachee sehingga coachee tidak dapat melakukan pengenalan diri dengan kesadaran penuh
Upaya yang akan dilakukan adalah melakukan dan mempraktekan metode coaching di kelas dan di sekolah dengan berkolaborasi bersama semua pihak baik guru, wali kelas, kepala sekolah dan orang tua murid, sehingga metode coaching dapat dilakukan dengan maksimal.